PENGUATAN
PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR
In this life we cannot always do great
things. But we can do small thing with great love.
Dalam
kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar. Tetapi kita
dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar.
(
Thomas Jefferson)
Pendidikan
adalah unsur yang sangat penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Sumber
Daya Manusia adalah unsur utama dalam mengubah bangsa Indonesia sejajar dengan
negara-negara berkembang yang ada di Asia Tenggara bahkan di belahan dunia.
Oleh sebab itu pendidikan merupakan “makanan yang sangat empuk” dalam
ajang-ajang kampanye di pilihan bupati atau walikota, pilihan kepala daerah,
bahkan dalam pemilihan presiden.
Pendidikan
juga merupakan salah satu janji pasangan Bapak Joko Widodo dan Yusuf Kalla
dalam “ Nawa Cita”, ini merupakan salah satu 9 Agenda Prioritas Jokowi-JK. Dalam
Nawa Cita yang ke lima berbunyi, “Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program “Indonesia
Pintar”, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program “Indonesia
Kerja” dan “Indonesia Sejahtera” ...
Apakah sudah berhasil Jokowi-JK dalam
mengemban amanah seluruh rakyat Indonesia?
Pendidikan
saat ini menjadi sorotan kita semua, terutama media masa-media masa menyoroti
tentang bagaimana pendidikan kita saat ini. Baru-baru ini kita telah dihebohkan
tentang “Anak Sekolah Dasar kelas 4 sudah bisa membuat kebohongan palsu di
media masa”, nah salah siapakah ini? Bahkan perkelahihan, narkoba, pelecehan
seksual marak di kalangan anak muda bahkan di kalangan pendidikan sekolah
dasar. Oleh sebab itu, bangsa Indonesia sangat prihatin dengan masalah yang
sangat pelik ini. Kita baru saja memeriahkan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia
ke-72, sudah 72 tahun kita merdeka, 72 tahun kita mengemban amanah para
pahlawan kemerdekaan untuk melanjutkan cita-cita perjuangan mereka yang telah
gugur di medan perang, sampai titik darah yang penghabisan. Apakah kita terlalu
“evoria” atau bahagia sehingga kita lupa, apakah tujuan utama kita dalam
mengisi kemerdekaan?
Apakah kita sudah “MERDEKA” dalam
arti yang sebenarnya?
Apakah kita masih “DALAM PENJAJAHAN”?
Permasalahan
di Indonesia sangat komplek, bahkan sudah mendekati permasalahan yang sangat
pelik. Kebobrokan mental dan karaktek di kalangan remaja, khususnya peserta
didik merupakan permasalahan yang sulit diuraikan, bagaikan benang kusut yang
sulit diuraikan pangkal dan ujungnya. Tidak dapat ditemukan akar
permasalahannya. Masing-masing institusi saling menyalahkan. Masyarakat
menyalahkan pihak pendidikan, pihak pendidikan menyalahkan pemerintah yang
mengambil kebijakan. Mereka saling menyalahkan, tapi mereka tidak sadar kalau
semua pihak mempunyai kontribusi masing-masing. Mari kita memulai dari diri
kita masing-masing!
Sekolah
Dasar merupakan pondasi dasar pembentukan mental dan karakter generasi bangsa,
wajar pendidikan 9 tahun dimulai dari pendidikan dasar. Tentunya setelah
peserta didik mendapatkan bekal karakter dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
ataupun dalam keluarga masing-masing. Mereka mulai mengenyam pendikan formal di
Sekolah Dasar. Oleh sebab itu Sekolah Dasar merupakan pondasi yang sangat bagus
untuk membentuk mental dan karakter peserta didik menuju generasi yang
bermartabat. Penguatan pendidikan karakter merupakan salah satu usaha dalam
mencetak generasi penerus yang cerdas dan bermartabat di masa depan.
Penguatan
pendidikan karakter dapat kita laksanakan di sekolah kita masing-masing, dengan
cara yang beraneka ragam. Guru harus aktif, kreatif, dan inovatif. Agar peserta
didik mengidolakan kita, agar peserta didik mengidolakan kita. Sebagai seorang
guru yang sangat dekat dengan peserta didik, wajib memberikan contoh yang
sangat nyata, contoh riil di bisa dicontoh oleh peserta didik kita. Setiap hari
selama 7 jam dalam sehari, selama 196 jam setiap bulannya, bahkan di setiap
tahunnya kita menghabiskan waktu dengan peserta didik selama 2. 352 jam, dan
selama 14.112 jam peserta didik menghabiskan waktu dengan kita. Tentunya dalam
waktu yang sekian itu, kita dapat mempengaruhi karakter dan kebiasaan-kebiasaan
pada peserta didik kita. Bayangkan, jika setiap pribadi-pribadi guru menyadari
semua itu. Tentunya jiwa dan karakter peserta didik kita akan lebih baik. Pembiasaan-pembiasaan
juga harus tercantum dalam kurikulum yang telah kita rencanakan sebagai pedoman
pelaksanaan di satuan pendidikan. Selain kebiasaan yang dicontohkan dari
seorang guru, tentunya harus diwajibkan di sekolahan yang sudah tercantum di
Kurikulum Satuan Pendidikan.
Program Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan
sekolah untuk membentuk karakter siswa agar memiliki sikap nilai utama:
relegius, nasionalisme, mandiri, gotong-royong, dan integritas. Untuk membentuk
5 nilai utama karakter dilaksanakan dengan 3 pendekatan, antara lain:
1. Melalui PPK
Berbasis Kelas dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama karakter ke dalam
proses pembelajaran semua mata pelajaran/tema yang dilakukan oleh setiap guru
di sekolah. Adapun Penguatan Pendidikan Karakter melalui tahapan-tahapan,
antara lain:
a. Guru
Merancang pembentukan nilai utama karakter
diintegrasikan dalam penyusunan perangkat pembelajaran, seperti: Program
Tahunan, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Penilaian. Dan
yang sangat penting peran seorang guru sangat mempengaruhi PPK. Peran guru dalam
PPK dilaksanakan di luar maupun di dalam jam pelajaran, bahkan di luar
sekolahpun seorang guru menjadi figur atau sosok yang patut dicontoh.
b. Pelaksanaan
Dilaksanakan terintegritas dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar sesuai perencanaan pembelajaran yang dirancang guru. Selain
itu juga dilaksanakan sebelum dan sesudah pelajaran dimulai. Pelaksanaan di
luar jam belajar juga sangat efektif
dalam penerapan penguapan pendidikan karakter. Bahkan di luar jam
belajar penguatan pendidikan karakter sangat terlihat, misalnya cara peserta
didik bersimpati maupun berimpati terhadap teman-temannya, sehingga cara anak
berkomunikasi dengan sesama teman dapat kita amati tanpa sepengetahuan anak.
Jadi sangat diperlukan guru piket dalam jam-jam seperti ini.
c. Penilaian
Penilaian dilaksanakan secara kognitif, afektif, dan
psikhomotor, guru wajib melakukan pengamatan sikap berkaitan dengan pembentukan
nilai-nilai utama karakter yang dibangun melalui observasi. Penilaian juga
dilakukan diluar jam belajar secara pengamatan, baik lansung maupun tidak
langsung.
d. Tindak lanjut
Tindak lanjut pengamatan hasil pengamatan sikap
berkarakter nilai-nilai utama perlu dilakukan guru, jika terdapat sikap siswa
yang belum sesuai dengan arah tujuan pembentukan nilai-nilai utama karakter,
guru wajib melakukan pembinaan secara berkelanjutan sampai pembentukan
nilai-nilai karakter menjadi pembiasaan dan budaya hidup siswa.
2. Melalui PPK Berbasis Budaya Sekolah, bentuk
kegiatannya, antara lain:
a. Rutin:
1)
Religius:
Kegiatan
pembiasaan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran target hafal ayat
suci Al quran perjenjang kelas. Oleh
sebab itu dilaksanakan ekstra kurikuler Baca Tulis Al Quran.
Baca
Tulis Al Quran
Tujuan:
·
Mengembangkan potensi keterampilan membaca
dan menulis bahasa Arab.
·
Meningkatkan kompetensi peserta didik di
bidang baca tulis Al Quran
·
Meningkatkan keimanan dan ketakwaan
terhadap agama islam. (Merayakan hari besar agama).
2) Nasionalisme:
·
Melaksanakan upacara bendera pada hari
Senin dan/atau tanggal 17 .
·
Pembiasaan hormat bendera sebelum dan
sesudah pembelajaran di kelas.
·
Pembiasaan menyanyikan lagu Indonesia Raya
3 oktaf 15 sebelum pelajaran dimulai.
·
Menyayikan lagu-lagu nasional menjelang
dan setelah selesai pelajaran.
·
Selalu menanamkan sikap cinta tanah air
dengan memberikan “Salam Aku Bangga Indonesia Tanah Airku (Abita)” sebelum dan
sesudah pelajaran dimulai.
3) Mandiri:
Kegiatan mandiri dilaksanakan sebagai
Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
·
Kegiatan pengembangan diri secara rutin
kelas I s/d kelas VI.
·
Pembiasaan 5 S (Senyum, Sapa, Salam,
Salim, dan Santun), Mengucapkan salam, menyapa dengan spontan kepada guru / teman.
·
Gerakan Literasi Sekolah adalah
membiasakan membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai.
4) Gotong-royong:
Kegiatan pengembangan diri
dilaksanakan secara spontan dan terprogram antar lain : kerja bakti, bakti
sosial, ta’ziah, kunjungan terhadap teman yang sakit infak /peduli sosial dan
lain-lain.
·
Pembiasaan menjaga kebersihan dan membuang
sampah ditempatnya.
·
Melaksanakan kegiatan senam bersama setiap
hari Jum’at.
·
Melaksanakan kegiatan Jum’at bersih.
·
Melaksanakan kegiatan gosok gigi, cuci
tangan, potong kuku tiap hari Sabtu.
·
Melaksanakan kebersihan lingkungan kelas
setiap hari sesuai jadwal piket.
·
Berpakaian seragam secara lengkap sesuai
tata tertib sekolah.
5) Integritas:
Kegiatan pembiasaan datang ke sekolah
regu piket tepat waktu, merasa simpati dan impati setiap ada musibah atau
halangan secara spontan. Sopan santun kepada orang yang lebih tua, sesama
teman, serta bertanggung jawab setiap tugas diberi guru, berpikir jujur dalam
segala hal.
Pemerintah
telah berusaha dalam menangulangi permasalahan yang menimpa generasi penerus
bangsa Indonesia. Pemerintah berusaha memperbaiki krisis mental dan karakter
generasi muda ini tentunya tidak akan
berhasil jika masyarakat tidak peduli dengan masalah seperti ini. Pendidikan
tentunya garda yang paling depan dalam mengembalikan Penguatan Pendidikan
Karakter generasi penerus terutama peserta didik yang ada di hadapan kita.
Jangan pernah terlena, bahkan berpendapat
bahwa kemerdekaan ini adalah abadi. Tidak ada yang abadi, yang abadi itu adalah
ketidakabadian. Apakah kita membiarkan Indonesia dalam keterpurukan dulu, baru kita bangkit dalam
keterpurukan. Tentunya hal ini tidak perlu terjadi pada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang kita cintai. Kita bersama-sama merasa memiliki atau andarbeni (bahasa Jawa) terhadap bangsa
Indonesia. Seperti pepatahnya Erol Ozan, yaitu “Some beautiful path can’t be discovery without getting lost”. Yang
artinya beberapa jalan yang indah tidak dapat ditemukan tanpa tersesat terlebih
dahulu. Semoga bangsa Indonesia yang saat ini ada yang berpendapat baru
tersesat, mudah-mudahan segera menyadari dan segera bangkit dalam keterpurukan
mental dan karakter generasi penerus bangsa. Mari kita lakukan dari diri kita
masing-masing, lakukan sekecil apapun yang dengan cinta yang sangat besar.